STRUKTUR
ORGANISASI
A. DEFINISI
STRUKTUR ORGANISASI
Struktur
organisasi (organizational structure) menentukan bagaimana pekerjaan
dibagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal. Ada enam elemen kunci
yang perlu diperhatikan oleh para manajer ketika mereka hendak mendesain
struktur organisasi mereka. Keenam elemen tersebut adalah spesialisasi kerja,
departementalisasi, rantai komando, rentang kendali, sentralisasi dan
desentralisasi, serta formalisasi.
1. Spesialisasi
Pekerjaa
Dengan
memecah-mecah pekerjaan menjadi tugas-tugas kecil yang baku yang dapat dilaksanakan
terus berulang-ulang, suatu pekerjaan dapat dikerjakan secara lebih efektif.
Spesialisasi pekerjaan (work specialization), atau pembagian tenaga
kerja (division of labor), digunakan untuk menggambarkan sejauh mana
berbagai kegiatan dalam organisasi dibagi-bagi menjadi beberapa pekerjaan
tersendiri. Hakikat dari spesialisasi pekerjaan adalah bahwa daripada seluruh
pekerjaan dilakukan oleh seorang individu, akan lebih baik jika pekerjaan itu
dipecah-pecah menjadi sejumlah tahap, dengan masing-masing tahap diselesaikan
oleh seorang individu tersendiri. Intinya, individu mengkhususkan diri dalam
melakukan bagian dari suatu kegiatan daripada seluruh kegiatan.
Spesialisasi
kerja merupakan sarana yang paling efisien untuk memanfaatkan keterampilan
karyawan. Di sebagian organisasi, beberapa tugas tertentu membutuhkan
keterampilan yang sangat tinggi dan beberapa yang lain dapat dijalankan oleh
pekerja yang kurang terlatih. Para manajer juga melihat efisiensi lain yang
dapat dicapai melalui spesialisasi pekerjaan. Keterampilan karyawan dalam
menjalankan tugas dengan berhasil meningkat berkat pengulangan. Selain itu,
pelatihan untuk spesialisasi lebih efisien dari perspektif organisasi. Lebih
mudah dan murah mencari dan melatih pekerja untuk menjalankan tugas-tugas yang
spesifik dan berulang. Terakhir, spesialisasi pekerjaan meningkatkan efisiensi
dan produktivitas dengan cara mendorong penciptaan penemuan dan mesin khusus.
Namun demikian
spesialisasi pekerjaan juga akan menimbulkan kerugian ekonomi seperti rasa
jenuh, kelelahan, stres, produktivitas yang rendah, kualitas yang buruk,
meningkatnya kemangkiran kerja, dan tingginya perputaran karyawan. Dalam
kasus-kasus semacam ini, produktivitas dapat ditingkatkan dengan cara
memperluas, alih-alih mempersempit, cakupan kegiatan kerja. Selain itu,
sejumlah perusahaan mendapati bahwa dengan memberi karyawan beragam kegiatan
untuk dilakukan, yang memungkinkan mereka melakukan suatu pekerjaan secara
menyeluruh dan lengkap, dan menempatkan mereka dalam tim-tim dengan keterampilan
yang dapat saling melengkapi, mereka dapat mencapai hasil yang secara
signifikan lebih tinggi, dengan tingkat kepuasan karyawan yang lebih tinggi.
2.
Departementalisasi
Setelah
memecah-mecah pekerjaan melalui spesialisasi, perlu mengelompokkannya bersama
sehingga tugas-tugas yang sama dapat dikoordinasi dalam satu basis. Dasar
pengelompokan bersama pekerjaan ini disebut departementalisasi (departementalizational).
Salah satu cara paling populer untuk mengelompokkan kegiatan adalah berdasarkan
fungsi-fungsi yang dijalankannya. Seorang manajer manufaktur bisa saja
mengorganisasi sebuah pabrik dengan cara memisahkan para ahli teknik,
akuntansi, manufaktur, personalia, dan persediaan ke dalam berbagai departemen
yang lazim dikenal. Tentu saja, departementalisasi berdasarkan fungsi, dapat
digunakan di semua jenis organisasi. Hanya saja, fungsi tersebut dapat berubah
guna mencerminkan tujuan dan aktivitas organisasi. Keuntungan utama dari cara
pengelompokkan semacam ini adalah didapatnya efisiensi dari disatukannya para
spesialis yang sama. Departementalisasi fungsional berusaha mencapai skala
ekonomi dengan cara menempatkan orang-orang dengan keterampilan dan orientasi
yang sama ke dalam unit yang sama.
Pekerjaan dapat
juga didepartementalisasikan berdasarkan jenis produk yang dihasilkan
oraganisasi. Keuntungan utama cara pengelompokkan ini adalah meningkatnya
akuntabilitas terhadap kinerja produk, karena semua kegitan yang terkait dengan
sebuah produk tertentu berada di bawah kendali seorang manajer tunggal. Jika
kegiatan sebuah organisasi terkait dengan jasa ketimbang produk, tiap jasa akan
dikelompokkan dengan sendirinya. Masing-masing menawarkan sederet jasa yang
sama di bawah kendali seorang manajer produk atau jasa.
Cara lain untuk
melakukan departementalisasi adalah berdasarkan faktor geografis atau wilayah.
Fungsi penjualan, misalnya mungkin terbagi ke dalam wilayah barat, selatan,
timur, dan utara. Tiap wilayah ini pada dasarnya merupakan sebuah departemen
yang diorganisasi secara geografis. Jika pelanggan suatu organisasi tersebar ke
wilayah geografi yang luas dan memiliki kebutuhan yang sama berdasarkan lokasi
mereka, bentuk departementalisasi semacam ini akan bermanfaat.
Kategori
terakhir dari departementalisasi adalah menggunakan pelanggan tertentu yang
organisasi coba jangkau. Microsoft, misalnya diorganisasi menurut kategori
empat pasar pelanggan yaitu konsumen, perusahaan besar, pengembang piranti
lunak, dan usaha kecil. Asumsi yang mendasari departementalisasi pelanggan ini
adalah bahwa pelanggan di tiap-tiap departemen memiliki masalah dan kebutuhan
yang sama yang dapat dipenuhi dengan sebaik-baiknya memiliki spesialis untuk
masing-masing.
3. Rantai
Komando
Para manajer
kontemporer tetap harus mempertimbangkan implikasinya ketika memutuskan
bagaimana sebaiknya menyususn struktur organisasi mereka. Rantai komando (chain
of command) adalah suatu garis wewenang tanpa putus dari puncak organisasi
ke eselon paling bawah dan menjelaskan siap bertanggung jawab kepada siapa. Dua
konsep lain yang melengkapi rantai komando, yaitu wewenang dan kesatuan
komando. Wewenang (authority) mengacu pada hak-hak yang melekat dalam
sebuah posisi manajerial untuk memberikan perintah dan untuk berharap bahwa
pemerintah itu dipatuhi. Untuk memfasilitasi koordinasi, tiap posisi manajerial
diberi sebuah tempat dalam rantai komando, dan tiap manajer diberi tingkat
wewenang tertentu untuk memenuhi tanggung jawabnya. Prinsip kesatuan komando (unity
of command) membantu melanggengkan konsep garis wewenang yang tidak
terputus. Prinsip ini menyatakan bahwa seseorang hanya mempunyai satu dan
satu-satunya atasan yang kepadanya ia bertanggung jawab secara langsung. Jika
kesatuan komando putus, seorang karyawan mungkin harus menghadapi berbagai
permintaan atas prioritas yang saling bertentangan dari beberapa atasan.
Konsep rantai
komando, wewenang, dan kesatuan komando sudah tidak lagi terlalu relevan saat
ini karena:
a. Kemajuan teknologi
informasi dan tren ke arah pemberdayaan karyawan
b. Karyawan
yang bekerja kini turut diberdayakan untuk membuat keputusan yang
sebelumnya merupakan hak eksklusif manajemen.
4. Rentang
Kendali
Pertanyaan
mengenai rentang kendali (span of control) penting karena hingga kadar
tertentu hal ini menentukan jumlah tingkatan dan manajer yang perlu dimiliki
oleh suatu organisasi. Dengan mengendalikan semua hal yang sama, semakin lebar
atau besar rentangannya, semakin efisien organisasi.
Rentang kendali
yang lebih lebar akan lebih efisien dalam hal biaya. Namun, dalam keadaan
tertentu, rentang yang lebih lebar bisa mengurangi efektivitas. Itu terjadi
bila rentang tersebut menjadi terlalu lebar, kinerja karyawan memburuk karena
para penyelia tidak lagi memiliki waktu untuk memberikan kepemimpinan dan
dukungan yang diperlukan.
Rentang kendali
yang sempit atau kecil memiliki penduung sendiri. Dengan membatasi rentang
kendali pada lima atau enam karyawan, seorang manajer dapat mempertahankan
kendalinya secara baik. Tetapi, rentang yang sempit memiliki tiga kelemahan.
Pertama, hal ini akan mahal karena memperbanyak tingkatan manajemen. Kedua, hal
ini membuat komunikasi vertikal dalam organisasi lebih rumit. Tingkat hierarki
tambahan tersebut memperlambat pengambilan keputusan dan cenderung mengisolasi
manajemen atas. Ketiga, rentang kendali yang sempit mendorong supervisi yang
terlalu ketat sehingga menghambat otonomi karyawan.
Tren belakangan
ini adalah ke arah rentang kendali yang lebih lebar. Hal ini selaras dengan
upaya perusahaan saat ini untuk mengurangi biaya, memangkas overhead,
mempercepat proses pengambilan keputusan, meningkatkan fleksibilitas, menjadi
lebih dekat dengan pelanggan, dan memberdayakan karyawan. Namun, untuk
memastikan bahwa kinerja tidak memburuk lantaran rentang yang lebih lebar ini,
banyak organisasi lalu berinvestasi dalam bentuk pelatihan karyawan. Para
manajer tahu bahwa mereka dapat lebih baik menangani rentang yang lebih lebar
jika karyawan mengetahui pekerjaan mereka dengan baik atau dapat meminta
bantuan kepada rekan kerja mereka ketika memiliki persoalan.
5. Sentralisasi
dan Desentralisasi
Di beberapa
organisasi, manajer puncak membuat semua keputusan. Manajer tingkat bawah hanya
menjalankan arahan manajemen puncak. Di sisi ekstrem yang lain, ada organisasi
yang pengambilan keputusannya diserahkan kepada para manajer yang paling dekat
dengan suatu tindakan. Organisasi yang pertama disebut sangat sentralisasi,
yang kedua desentralisasi.
Istilah
sentralisasi (centralization) mengacu pada tingkat sampai sejauh mana
pengambilan keputusan dikonsentrasikan pada satu titik tunggal dalam
organisasi. Konsep tersebut hanya mencakup wewenang formal, yaitu hak-hak yang
melekat pada posisi seseorang. Biasanya, suatu organisasi dikatakan sentralistis
jika manajemen puncak membuat keputusan-keputusan kunci organisasi dengan
meminta sedikit masukan atau tanpa masukan sama sekali dari personel tingkat
bawah. Sebaliknya, semakin banyak personel tingkat bawah yang memberikan
masukan atau secara aktual diberi kebebasan memilih untuk membuat keputusan,
semakin desentralistis suatu organisasi. Organisasi yang dicirikan dengan
sentralisasi secara inheren berbeda dengan organisasi desentrralistis. Dalam
organisasi yang desentralistis, tindakan untuk memecahkan masalah dapat diambil
dengan lebih cepat, lebih banyak orang bisa memberikan masukan bagi keputusan,
dan karyawan lebih kecil kemungkinannya merasa terasing dari mereka yang
membuat keputusan yang memengaruhi kehidupan kerja mereka.
Selaras dengan
upaya-upaya manajemen dewasa ini untuk membuat organisasi lebih fleksibel dan
tanggap, ada tren yang tegas ke arah desentralisasi pengambilan keputusan. Di
berbagai perusahaan besar, manajer tingkat bawah lebih dekat dengan tindakan
dan karenanya, memiliki pengetahuan yang lebih terinci mengenai suatu
permasalahan daripada manajer puncak.
6. Formalisasi
Formalisasi (formalization)
mengacu pada sejauh mana pekerjaan-pekerjaan di dalam organisasi dibakukan.
Jika sebuah pekerjaan sangat formal, pemangku pekerjaan akan memiliki sedikit
sekali kebebasan untuk memilih apa yang harus dikerjakan, kapan harus
dikerjakan, dan bagaimana dikerjakan. Karyawan diharapkan untuk selalu
menangani input yang sama dengan cara yang sama, serta akhirnya menghasilkan
output yang konsisten dan seragam. Di organisasi dengan tingkat formalisasi
tinggi, ada deskripsi tugas yang jelas, beragam aturan organisasi, dan prosedur
yang didefinisikan secara tegas. Manakala tingkat formalitas rendah, perilaku
pekerjaan relatif tidak terprogram dan karyawan memiliki banyak kebebasan untuk
menjalankan diskresi mereka terkait dengan pekerjaan. Karena kebebasan seorang
individu atas pekerjaan berbanding terbalik dengan jumlah perilaku dalam
pekerjaan yang diprogram sebelumnya oleh organisasi, semakin besar
standardisasi semakin kecil input yang dimiliki karyawan mengeni bagaimana
suatu pekerjaan harus ditunaikan. Standardisasi tidak hanya meniadakan
kemungkinan karyawan untuk terlibat dalam perilaku-perilaku alternatif, tetapi
juga menghapuskan perlunya karyawan mempertimbangkan alternatif. Kadar
formalisasi bisa sangat beragam antarorganisasi dan di dalam organisasi.
Pekerjaan-pekerjaan tertentu, misalnya, memiliki sedikit formalisasi.
B. DESAIN
ORGANISASI YANG UMUM
1. Struktur
Sederhana
Organisasi dengan
struktur sederhana adalah sebuah organisasi rata, yang biasanya hanya memiliki
dua atau tiga tingkatan vertikal, badan karyawan yang longgar, dan satu
individu yang kepadanya wewenang pengambilan keputusan dipusatkan. Struktur
sederhana paling banyak dipraktikkan pada perusahaan kecil. Tetapi
perusahaan-perusahaan besar juga dapat berubah menjadi struktur sederhana
selama beberapa periode yang singkat jika terjadi krisis pada perusahaan
tersebut. Struktur sederhana memiliki gaya kepemimpinan dan organisasi yang
sangat personal dan sentralis.
Kekuatan utama
struktur ini ada pada kesederhanaannya. Struktur sederhana bersifat cepat,
fleksibel dan murah untuk dikelola, serta memiliki akuntabilitas yang jelas.
Namun, struktur sederhana juga memiliki kelemahan. Struktur sederhana sulit
dijalankan pada selain organisasi kecil. Struktur sederhana juga menciptakan
kelebihan beban informasi di tingkat puncak. Ketika organisasi bertambah besar,
proses pengambilan keputusan akan semakin lambat. Struktur ini sangat berisiko
karena segalanya berhantung hanya pada satu orang.
2. Birokrasi
Konsep kunci
dalam birokrasi adalah standarisasi. Birokrasi dicirikan dengan tugas
operasional yang sangat rutin yang dicapai melalui spesialisasi, aturan dan
ketentuan yang sangat formal, tugas-tugas yang dikelompokkan ke dalam berbagai
departemen fungsional, wewenang terpusat, rentang kendali yang sempit, dan
pengambilan keputusan yang mengikuti rantai komando.
Kekuatan utama
birokrasi ada pada kemampuannya menjalankan kegiatan-kegiatan yang terstandar
secara efisien. Birokrasi menyatukan beberapa kekhususan dalam
departemen-departemen fungsional, dan dengan demikian karyawan dapat
berkomunikasi dengan standar bahasa yang sama. Dengan banyaknya aturan dan
ketentuan dalam birokrasi, operasi yang standar, serta formalitas tinggi
memungkinkan pengambilan keputusan secara terpusat. Oleh karena itu, sedikit
sekali dibutuhkan pengambil keputusan yang inovatif dan berpengalaman di bawah
tingkat eksekutif senior. Namun, spesialisasi dalam birokrasi dapat menciptakan
konflik-konflik subunit. Tujuan unit fungsional dapat mengalahkan tujuan
organisasi. Selain itu, dalam birokrasi tidak ada ruang untuk modifikasi karena
berlebihannya dalam mengikuti aturan.
3. Struktur
Matriks
Struktur
matriks merupakan sebuah struktur yang menciptakan garis wewenang ganda dan
menggabungkan departementalisasi fungsional dan produk. Pada praktiknya,
struktur matriks memiliki kelemahan. Ketika karyawan harus
mempertanggungjawabkan pekerjaan kepada lebih dari satu atasan, hal ini akan
memunculkan konflik peran, sementara ekspektasi yang tidak jelas mendatangkan
ambiguitas peran. Rasa nyaman yang dapat diperoleh dari kepastian birokrasi
tidak dapat ditemui, yang ada adalah rasa tidak aman dan stress.
C.
PILIHAN-PILIHAN DESAIN BARU
1. Struktur Tim
Struktur tim
adalah pemanfaatan tim sebagai perangkat sentral untuk mengkoordinasikan
kegiatan-kegiatan kerja. Karakteristik utama struktur tim adalah bahwa strktur
ini meniadakan kendala-kendala departementalisasi dan mendesentralisasi
pengambilan keputusan ke tingkat tim kerja. Struktur tim mendorong karyawan
untuk menjadi generalis sekaligus spesialis. Pada perusahaan kecil, struktur
tim menjadi ciri khas organisasi. Sedangkan pada perusahaan besar, struktur tim
dapat melengkapi birokrasi. Struktur tim memungkinkan organisasi untuk mencapai
efisiensi dan standarisasi birokrasi sekaligus mendapatkan fleksibilitas tim.
2. Organisasi
Virtual
Organisasi
virtual adalah organisasi inti kecil yang menjalankan bisnisnya dengan
melakukan subkontrak atas fungsi-fungsi utama bisnisnya. Organisasi virtual
sangat sentralis, dengan sedikit departementalisasi atau tidak sama sekali.
Bentuk organisasi virtual meminimalkan biaya overhead birokrasi karena tidak
ada organisasi tetap yang harus dipertahankan. Bentuk organisasi ini
memperkecil risiko dan biaya jangka panjang. Sebuah tim dapat dibentuk untuk
periode tertentu, kemudian dibubarkan.
Inti dari
organisasi virtual adalah sekelompok kecil eksekutif yang bertugas mengawasi
langsung segala kegiatan yang dilakukan secara internal, dan mengkoordinasikan
hubungan dengan organisasi lain yang membuat, mendistribusikan, dan menjalankan
fungsi-fungsi krusial lainnya untuk organisasi virtual tersebut. Organisasi
virtual telah membangun jaringan hubungan yang memungkinkan mereka melakukan
subkontrak atas kegiatan manufaktur, disttribusi, pemasaran dan fungsi bisnis
lainnya karena manajemen merasa bahwa pihak lain dapat melakukan fungsi
tersebut dengan lebih baik atau murah.
Kekuatan utama
organisasi virtual adalah pada fleksibilitasnya. Sedangkan kelemahan terbesar
struktur ini adalah kurangnya kendali manajemen atas bagian-bagian terpenting
dari bisnisnya.
3. Organisasi
Nirbatas
Organisasi
nirbatas berusaha menghilangkan rantai komando, memiliki rentang kendali tak
terbatas, dan mengganti departemen dengan tim yang sudah diberdayakan. Dengan
menghapus batas-batas vertikal, manajemen meniadakan hierarki. Status dan
peringkat diminimalkan. Organisasi nirbatas juga menghapuskan
hambataan-hambatan ke konstituen eksternal dan hambatan-hambatan yang tercipta
karena faktor geografis.
D. PENYEBAB
STRUKTUR BERBEDA-BEDA
Ada 2 model
ekstrem dalam organisasi:
1. Model
Mekanistis (Mechanistic Model)
Merupakan
sebuah struktur yang dicirikan oleh departementalisasi yang luas, formalisasi
yang tinggi, jaringan informasi yang terbatas, dan sentralisasi.
2. Model
Organik (Organic Model)
Merupakan
sebuah struktur yang rata, menggunakan tim lintas hirarki dan lintas fungsi,
memiliki formalisasi yang rendah, memiliki jaringan informasi yang komprehensif
dan mengandalkan pengambilan keputusan secara partisipatif.
Faktor-faktor
yang menjadi penyebab atau penentu struktur organisasi:
1. Strategi
Kerangka
strategi dewasa ini terfokus pada tiga dimensi strategi yaitu inovasi,
minimalisasi biaya dan imitasi (meniru).
Berikut ini
pilihan strategi dan struktur
Strategi
|
Pilihan
struktur
|
Inovasi
|
Organik
|
Minimalisasi
biaya
|
Mekanistis
|
Imitasi
|
Mekanistis
dan organic
|
2. Ukuran
Organisasi
Ukuran sebuah
organisasi secara signifikan mempengaruhi strukturnya. Organisasi besar
cenderung memiliki lebih banyak spesialisasi, departementalisasi, tingkatan
vertikal serta aturan dan ketentuan daripada organisasi kecil.
3. Teknologi
Teknologi rutin
akan diasosiasikan dengan struktur yang sentralis, sementara teknologi non
rutin yang lebih mengandalkan pengetahuan para spesialis akan dicirikan dengan
wewenang keputusan yang didelegasikan.
4. Lingkungan
Ada 3 dimensi
kunci dalam lingkungan organisasi:
§ Kemampuan
(capacity), sejauh mana lingkungan tersebut dapat mendukung pertumbuhan.
§
Ketidakstabilan (volatility), Ketika derajat perubahan yang tidak dapat
diprediksi tinggi, lingkungan digolongkan dinamis.
§ Kompleksitas
(complexity), kadar heterogenitas dan konsentrasi diantara elemen-elemen
lingkungan.
Semakin langka,
dinamis dan kompleks lingkungan semakin organik sebuah struktur. Semakin
berlimpah, stabil, dan sederhana lingkungan, struktur mekanistis lebih disukai.
E. DESAIN
ORGANISASI DAN PERILAKU KARYAWAN
Hubungan antara
struktur organisasi dengan kepuasan karyawan : bahwa tidak semua orang menyukai
fleksibilitas dan kebebasan dalam sebuah struktur organisasi. Sebagian merasa
puas jika tugas-tugas dibakukan dan ambiguitas diminimalkan. Untuk
memaksimalkan kinerja dan kepuasan karyawan berbagai perbedaan individual
seperti pengalaman, kepribadian, dan tugas kerja harus diperhitungkan. Selain
itu kultur nasional mempengaruhi preferensi atas struktur.
Implisit model struktur
organisasi yaitu persepsi yang orang anut mengenai variabel
struktural yang dibentuk dengan mengamati hal-hal di sekitar
merekadengan cara yang tidak ilmiah. Berikut bagan penentu dan hasil dari
struktur organisasi.